Jumat, 10 Oktober 2008

CERVICAL CANCER


What is cervical cancer?
Cervical cancer starts in the cells of the cervix. The cervix is the narrow, lower part of the uterus (or womb). It is the passageway that connects the uterus to the vagina.

The cervix is part of a woman’s reproductive system. It makes mucus that helps sperm move from the vagina into the uterus or keeps sperm from entering the uterus. Every month during your menstrual period blood flows from the uterus through the cervix into the vagina. During pregnancy, the cervix is closed to keep the baby inside the uterus. During childbirth, the cervix opens (dilates) so that the baby can pass through the vagina.

Before cervical cancer develops, the cells of the cervix start to change and become abnormal. These abnormal cells are precancerous, meaning that they are not cancer. Precancerous changes to the cervix are called dysplasia of the cervix (or cervical dysplasia).

Dysplasia of the cervix is not cancer. It is a common precancerous change that can develop into cancer if it isn’t treated. It is important to know that most women with dysplasia do not develop cancer.

KARSINOMA NASOFARING



Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
di antara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk
dalam lima besar tumor ganas dengan frekwensi tertinggi, sedangkan didaerah
kepala dan leher menduduki tempat pertama1,2 Tumor ini berasal dari fossa
Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel
kuboid berubah menjadi epitel skuamosa.
Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara
“pathology based” mendapatkan angka prevalensi karsinoma nasofaring 4,7 per
100.000 penduduk atau diperkirakan 7000 – 8000 kasus per tahun di seluruh
Indonesia.
Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan
suatu problem, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak
khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, sehingga diagnosis sering terlambat.
Pada stadium dini, radioterapi masih merupakan pengobatan pilihan yang
dapat diberikan secara tunggal dan memberikan angka kesembuhan yang cukup
tinggi. Pada stadium lanjut, diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang
dikombinasikan dengan radioterapi.